KASONGAN – Tim pendamping dan penilai desa wisata yang terdiri dari unsur tenaga ahli, akademisi, Dinas Kebudayaan Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata Katingan, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Katingan, praktisi pelaku usaha wisata dan unsur pers atau media melakukan kunjungan di Desa Jahanjang Kecamatan Kamipang. beberapa waktu yang lalu.
Para tamu desa tersebut disambut dengan acara upacara potong pantan, upacara ini merupakan penyambutan tamu yang dianggap dihormati dan ditokohkan oleh masyarakat setempat.
Upacara ini dilakukan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang buruk bagi penduduk setempat maupun para tamu. kepercayaan adat setempat, apabila kayu tersebut dipotong tanpa halangan, berarti tamu tersebut dapat diterima dan dilancarkan jalanya saat berkunjung kesana.
Semboyan Tamu adalah Raja masih berlaku bagi masyarakat di tempat ini. Mereka akan menyambut tamu dengan meriah, seluruh penduduk desa dipimpin mantir setempat hingga anak-anak ikut menyambut dengan ritual adat yang mereka sebut dengan tetek (potong) pantan.
Upacara/ritual tetek pantan ini merupakan salah satu upacara adat yang dilaksanakan oleh masyarakat Dayak Ngaju di Provinsi Kalimantan Tengah, khususnya di Kabupaten Kapuas. Upacara ini dilakukan sejak nenek moyang mereka dan diwariskan kegenerasi selanjutnya hingga sampai sekarang ini.
Tradisi ini melambangkan orang Dayak memiliki prinsip keterbukaan, menerima siapapun yang datang ke wilayahnya asal dengan itikad baik. Dalam upacara ini, seluruh tamu yang datang akan diminta memotong batang yang dipasang melintang dipintu masuk dengan menggunakan sebilah Mandau (senjata khas masyarakat dayak).
Kemudian tim penilai juga disajikan dengan penampilan seni beladiri masyarakat lokal yaitu sekepng. Lawang Sakepeng adalah atraksi silat suku Dayak (utamanya Dayak Ngaju) di Kalimantan Tengah.
“Penyambutan yang luarbiasa oleh masyarakat dengan adat potong pantan yang dipandu mantir adat Sarwepin S. Sal dan tampilan silat tradisional/ kuntau lawang sakepeng oleh Bendy Ervina Wijaya serta rekan,” ungkap salah satu tim penilain wisata Raya Sadianor.
Setelah selesai penyambutan tim penilain dia ajak makan dan dilanjuti sharing serta diskusi.
“Diskusi cukup panjang, hingga hampir magrib, masyarakat sangat antusias dalam forum diskusi dan menyatakan siap menjadi desa Wisata,” pungkasnya.
(Kawit)