Bagian Ke 01.
Oleh : Maman Wiharja ( Wartawan-Beritasampit.co.id )
Prof Dr Birute Mary Galdikas, adalah salah seorang pejuang wanita yang kini telah 50 tahun melindungi hutan dan orangutan di Borneo (Kalimantan).
Khususnya di hutan Tanjung Puting dan berkatnya hutan Tanjung Puting telah dijadikan hutan Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) di Kecamatan Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) Kalimantan Tengah (Kalteng).
Birute, pada Tahun 1968 sebelum ke Kalimantan telah berhasil menyelesaikan studinya di University of British Columbia (UBC), kemudian melanjutkan lagi studinya di University of California Los Angeles (UCLA), jurusan Antropologi dan berhasil meraih gelar “Master di Bidang Antropologi”.
Pada saat pasca Sarjana, Birute bertemu dengan seorang Guru Besar Antropologi dari Kenya (Afrika) bernama Dr Louis Leakey.
Pertemuan dengan Guru Besar tersebut oleh Birute tidak disia-siakan begitu saja, Birute langsung cerita tentang keseriusannya untuk mendalami Antropologi khususnya kehidupan kera liar tangan panjang yakni orangutan di hutan Borneo (Kalimantan).
Mendengar keseriusan Birute ingin sekali mendalami kehidupan orangutan, di Borneo Kalimantan Dr Louis Leakey sangat senang dan langsung mendukung keinginan Birute untuk pergi ke Borneo (Kalimantan). Bahkan Dr Louis Leakey memberi bantuan dana untuk bekal Birute studi ke Borneo.
Itulah sekilas kisah awal keberangkatan Birute studi ke Borneo, namun sebelum Birute meninggalkan Universitasnya. Ternyata teman-temannya banyak yang mentertawakan dan mengejek, sambil berbicara.
“Buat apa Birute, studi ke Borneo Kalimantan yang hutannya sangat ganas dan setelah masuk kedalam hutan sulit untuk berkomunikasi dengan orang lain di luar hutan, karena tidak ada fasilitas listrik”.

Dengan banyaknya ejekan dari teman-temannya, ternyata Birute bukannya takut malah tambah semangat untuk datang ke Borneo (Kalimantan) yang jaraknya puluhan ribu mil dari California.
Tersebutlah, pada Minggu pertama Tanggal 5 November tahun 1971 seorang wanita cantik berusia 25 tahun bernama Birutė Marija Filomena Galdikas (Birute Mary Galdikas).
Menginjakan kakinya di hutan belantara tropis Borneo Kalimantan yang saat itu belum banyak terjamah manusia yakni di Hutan Tanjung Puting.
Kedatangan pertama Birute ke Hutan Tanjung Puting pada tahun 1971, ditemani temannya seorang fotografer bernama Rod Brindamour, setelah beberapa bulan mendampingi Birute, karena Rod Brindamour mau meneruskan studinya akhirnya kembali ke Kanada.
Birute walaupun tinggal sendirian, karena sangat serius ingin berhasil mendalami kehidupan orangutan maka mengambil keputusan untuk tetap tinggal di hutan Tanjung Puting, ditemani seorang pemuda Dayak bernama Boap.
Setelah beberapa hari Birute mendirikan ‘kemah’ dengan atap rumbia dan tiang kayu, tak beberapa lama kemudian bersama Boap, Birute mendirikan sebuah Camp, yang diberi nama ‘Camp Leakey’.
Diberi nama “Camp Leakey” oleh Birute, karena untuk mengenang jasa-jasa Guru Besar Antropologi dari Kenya (Afrika) yakni Dr Louis Leakey, yang telah banyak mendukung dan membantu, sehingga Birute bisa berada di hutan Tanjung Puting-Borneo.
Setelah mendirikan Camp Leakey, kemudian Birute aktif tanpa mengenal lelah merambah hutan belantara, yang masih belum terjamah manusia dan sesekali saat Birute dalam hutan banyak menemukan rawa-rawa liar yang penuh dengan lintah dan ular.
Namun berkat bantuan Pemuda Dayak Boap, Birute diberi sebuah perahu kecil (getek) untuk merambah rawa-rawa didalam hutan Tanjung Puting, maka Birute pun dengan kameranya semakin semangat mendokumentasikan kera besar tangan panjang yakni Orangutan dan juga mendokumentasikan semua satwa rawa.
Kemudian hasil foto dokumentasi dari dalam hutan, khususnya tentang kehidupan Orangutan (Pongo Pygmaeus) oleh Birute semuanya dipelajari dan diteliti secara seksama di Camp Leakey.
Di Camp Leakey itulah Birute, siang malam kerja keras meneliti dan menulis artikel tentang kehidupan orangutan.
Akhirnya selama 4 tahun menekuni penelitian dan menulis artikel tentang perilaku kehidupan orangutan, Birute berhasil…
(BERSAMBUNG).