PALANGKA RAYA – Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Kalteng memberikan materi sosialisasi terkait pengembangan pengawalan pemilu Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) dan media yang dilaksanakan oleh Banwaslu Provinsi Kalteng, sosialisasi tersebut disampaikan oleh Kepala Kesbangpol Provinsi Kalteng Agus Pramono di Swiss-Belhotel Danum Palangka Raya, Senin 19 Oktober 2020.
Agus mengatakan setidaknya ada tiga potensi ancaman kerawanan pada pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada) 2020. Pertama polarisasi di tengah masyarakat akibat persebaran informasi lewat media sosial (medsos) Potensi terjadinya polarisasi di tengah masyarakat harus diantisipasi dengan baik.
Utamanya lewat medsos di mana marak hoaks, ujaran kebencian, kampanye negatif yang dapat menggangu persatuan dan kesatuan harus dicegah secara maksimal. Kedua politik identitas dan politisasi isu SARA yang diduga masih akan menjadi ancaman pada Pilkada tahun 2020. Potensi ini perlu menjadi perhatian bersama untuk diantisipasi semua pihak terkait di daerah. Ketiga keberpihakan dan ketidaknetralan penyelenggara pemilu kepada salah satu pasangan calon kepala daerah secara langsung menjadi sumber utama konflik dalam seluruh proses tahapan pemilihan kepala daerah.
“Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 kali ini mempunyai tantangan lebih berat dibandingkan pesta demokrasi pada umumnya. Selain persoalan hoaks, pada Pilkada 2020 mendatang, ancaman pandemi covid-19 juga menjadi persoalan. Tantangan selama Pilkada tidak hanya dihadapi oleh para penyelenggara pemilu saja.
Namun juga para Pengawas Pemilu dan juga para penegak hukum memiliki tantangan berat dalam pelaksanaan Pilkada 2020 mendatang. Pengawas dan Penegak hukum juga bertugas dan wajib menerapkan protokol kesehatan,” kata Kepala Kesbangpol Provinsi Kalteng Agus Pramono.
Mewaspadai penyebaran kebohongan. Sebab hoaks menjadi persoalan utama selama pelaksanaan pesta demokrasi. Banyak sekali hoaks atau berita bohong yang beredar di Medsos sehingga di perlukan Pengawasan oleh Ormas dan Media Massa
“Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama beberapa tahun terakhir, menjelang pemilu isu-isu bohong selalu marak berhembus di masyarakat. Mayoritas isinya yakni black campaign yang menyerang pihak tertentu. Biasanya di Indonesia menyerang mengenai isu agama, ras, ideologi paling banyak untuk materi hoaks. Penyebaran hoaks ini kerap dijadikan senjata untuk menyerang kubu lawan politiknya,” ucapnya.
Informasi palsu ini dipercayai masyarakat dan disebar menjadi kebencian, inilah yang mengikis rasa persaudaraan karena dipenuhi rasa kebencian yang tak rasional selama bertahuntahun hingga saat ini, Organisasi Kemasyarakatan dan Media Massa mempunyai peranan penting dalam pengawasan Pilkada.
“Karena itulah Ormas dan Media Massa dapat membantu dengan menginformasikan dan memberikan edukasi kepada masyarakat umum, yang mungkin masih awam atau belum tersentuh oleh teknologi, seperti sekarang ini, atau bisa membantu meluruskan berita yang tidak benar atau hoaks, yang banyak beredar di masyarakat,” tegasnya.
(Hardi/Beritasampit.co.id)