PANGKALAN BUN – Kayu Meranti yang termasuk marga Shorea, famili Dipterocarpaceae. Jumlah spesiesnya mencapai 130 jenis dan sebagian besar tumbuh secara alami di hutan Kalimantan. Saat ini kayu ini telah menjadi fokus diskusi para delegasi pemerhati lingkungan di dunia.
Pada acara Workshop On Conservati Conservation Of Diperocarpaceae In Borneo – Part Of The “Securing The Future Of Treatened Tree Gianst In Borneo” di Kantor Herbarium milik OFI Jalan Bhayangkara – Laman Tuha Pangkalan Bun, Senin (9/9/2019) sampai Kamis (12/9/2019), diikuti sejumlah delegasi pemerhati lingkungan hidup dunia, yakni dari Canada, Malaysia, Brunai dan Universitas Bogor dan Pontianak.
President Orangutan Foundation (OFI) Prof Dr Birute Mary Galdikas, sebagai penyelenggara workshop atau Lokakarya tentang Konservasi Dipterocar- paceae di Kalimantan menjelaskan kegiatan tersebut bagian dari mengamankan masa depan pohon-pohon besar yang terancam punah di Kalimantan.
“Pohon-pohon besar di Kalimantan ada sekitar 400 ribu pohon, dan memang betul dari sekian banyak pohon, pohon Meranti telah menjadi sorotan dalam diskusi “,kata Birute, saat dikonfirmasi beritasampit.co.id Selasa (10/9/2019) .
Dia menyebutkan Kayu Meranti terdapat 130 jenis, menjadikannya salah satu jenis kayu khas daerah tropis yang cukup terkenal. Kayu ini juga termasuk salah satu jenis kayu komersial yang banyak peminatnya.
“Di Indonesia sendiri, Meranti berasal dari beberapa daerah ada di hutan Kalimantan, Sumatera, Maluku, Sulawesi. Di hutan Kalimantan merupakan daerah penghasil kayu Meranti yang paling bagus. Di Taman Nasional Tanjung Puting ada beberapa pohon kayu Meranti yang besar dan tinggi”,ujar Birute.
Dijelaskannya lagu dalam diskusi (workshop) ini, selain fokus terhadap pohon Meranti juga terhadap mohon lainnya termasuk tanaman-tanaman obat-obatan, serta satwa dan fauna.
Lokakarya (workshop) tentang Konservasi Dipterocarpaceae di Kalimantan, diselenggarakan OFI kerjasama dengan National Geographic dan SEBG ( Asia Botanic Garden Network ),serta BGCI ( Botanic Gardens Conservation International).
“Tujuan workshop antara lain, mendiskusikan sampai sejauh mana keberadaan hutan di Kaliamantan dan bagaimana solusinya untuk melindungi hutan Kalimantan yang saat ini kondisinya terancam oleh berbagai factor, “ungkapnya. (man/beritasampit.co.id).