JAKARTA— Industri semen dalam negeri mengalami produksi berlebihan atau oversupply akibat dibanjiri semen pabrikan dari China yang jauh lebih murah dibanding harga semen lokal.
Total kapasitas produksi industri semen nasional saat ini pun berada di kisaran 107 juta ton per tahun.
Anggota Komisi VI DPR RI Hamdhani mengatakan dalam kondisi over capacity seperti itu kalau demand atau permintaan tidak sesuai dengan ekspektasi, semestinya yang harus dilakukan adalah menghentikan produksi semen produksi China.
“Jadi, tidak ada penambahan impor, sehingga bisa mengurangi dampak kelebihan kapasitas semen dalam negeri itu sendiri,” kata Hamdhani, Kamis, (25/7/2019).
Menurut Hamdhani, hal yang membuat harga semen nasional terus menurun yakni sejak liberalisasi industri semen diterapkan.
Politisi NasDem asal Kalimantan Tengah itu pun mendorong diversifikasi produk barang serta diterapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara wajib kepada produk industri impor, sehingga bisa meminimalisir kemungkinan kesalahpahaman penerapan di lapangan.
“Semacam aturan regulasi supaya ada keseimbangan dari perusahaan semen. Itu kan ada tertuang dalam sertifikasi SNI,” tandas dia.
Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian diminta memproteksi jumlah barang-barang yang bisa dimasukkan ke Indonesia, asalkan tidak merugikan.
“Hal itu sebagai bentuk komitmen pemerintah untuk menjaga iklim usaha tetap kondusif, sehingga industri semen nasional dapat tumbuh dan berkembang,” pungkas Hamdhani.
(dis/beritasampit.co.id)